Title : My
Anti-Depressant
Author : @Hlyshryy
Cast : Lee Donghae
Kim Hye rhy
Genre : Romance
Rating : T
Length : One Short
Declaimer : This FF is pure from my imagination
“Karna
cinta tak pernah takut apapun
Kita hanya perlu saling menggenggam satu sama lain
Dan menghadapi semuanya bersama”
…
“Apakah kau tak bisa menghentikan semua ini? Tolonglah,
hentikan demi aku.”
“Maaf. Tapi ribuan kali pun kau mengatakan itu, aku takkan menghentikannya.”
“Apakah kau tau, semua hal yang kau lakukan itu hanya akan menyakiti diri mu
sendiri Hae~ah ‼”
Aku sudah tak bisa menahan emosi
ku lagi. Rasanya terlalu sakit. Hingga membuat ku sulit bernafas. Air mata ini,
air mata yang selalu ku paksa untuk tidak keluar, akhirnya tumpah juga di depan
laki-laki yang sangat ku cintai.
Aku yakin, sekarang aku terlihat
seperti orang bodoh dimatanya. Usaha ku yang ingin selalu terlihat kuat
didepannya kini sia-sia.
“Apa yang akan menyakiti ku Hye rhy~ya? Apakah kau kurang
yakin dengan cinta ku?” Tanyanya pada ku.
“Cinta bodoh mu itu hanya akan menyakiti mu Hae~ah ‼” Aku kembali berteriak.
Berharap dia akan segera sadar akan apa yang sedang dia perbuat.
“Apa yang kau takutkan? Aku mempunyai cinta yang tulus untuk mu.” Ucapnya
dengan lembut, mencoba menenangkan ku.
“Tapi aku tak pantas untuk menerima cinta tulus mu itu.” Rasanya sangat sakit
ketika harus mengatakan kata-kata itu. Tapi aku bisa apa? Kenyataannya memang harus
sepahit itu. Perempuan seperti ku, memang sama sekali tak pantas untuk memiliki
laki-laki sesempurna dia.
“Tapi semua hal tentang mu selalu terlihat sempurna dimata ku. Itulah mengapa
aku sangat mencintai mu Hye rhy~ya.”
“Mungkin kau belum tau tentang kehidupan ku yang sebenarnya. Dan aku yakin,
setelah kau mengetahuinya kau akan dengan cepat merubah pikiran mu.”
“Apa karna kau terlahir dari ibu seorang pelacur, sehingga kau tak pantas untuk
mendapatkan cinta tulus dari seseorang?”
Aku hanya
terdiam mendengar kata-katanya. Iya, aku merasa diri ku sangat memalukan.
Bahkan ketika pertama kali aku mengetahui perasaannya pada ku, aku ingin sekali
lenyap dari dunia ini, detik itu juga. Aku, perempuan seperti ku. Perempuan
yang selalu di pandang sebelah mata oleh semua orang. Apa aku pantas untuk
menerima cinta yang begitu tulus darinya ?
Aku mencoba
untuk menegakkan kepala ku kembali. Mengerahkan seluruh keberanian ku untuk
menatap matanya.
“Iya.. Aku memang tak pantas untuk mendapatkannya. Kau laki-laki yang begitu
sempurna, baik, dan tampan. Sedangkan aku, aku hanyalah perempuan hina.
Perempuan yang mungkin melakukan hal-hal yang tak pantas untuk dilakukan. Dan
kau masih bersikeras untuk mencintai perempuan seperti ku?”
Tak ada
jawaban apapun yang keluar dari mulutnya. Dia hanya berjalan mendekati ku. Membuat
jarak di antara kami berdua hanya terpaut beberapa centimeter saja. Hingga aku
bisa merasakan deru nafasnya, yang menyapu wajah ku dengan lembut.
“Iya.. Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintai mu.
Walau seribu kali pun kau menolak ku, aku akan menemukan beribu-ribu cara lain
supaya kau mau menerima cinta ku. Dan kau juga harus tau,jika setiap aku
menatap mu, setiap aku ada di dekat mu, setiap aku menggenggam tangan mu
seperti ini, semuanya terasa lebih baik. Dan satu lagi, aku juga sangat yakin
jika kau tak pernah melakukan hal-hal yang orang-orang katakan tentang mu.”
Lagi-lagi dia membuat ku tak berkutik dengan
kata-katanya. Dan rasanya, aku ingin sekali memeluknya karna terlalu bahagia.
Baiklah, aku tak pernah memungkiri jika aku juga sangat mencintainya. Tapi
keadaan ku yang seperti ini, selalu membuat ku takut untuk menerima cinta
tulusnya.
“Kau yakin aku tak pernah melakukannya ? Kau yakin aku tidak
melakukan pekerjaan yang ibu ku kerjakan ? Tolong, bukalah mata mu Donghae~ah.
Hentikan semuanya ‼” Air
mata ku tak bisa lagi ku tahan. Rasa sakit ini seolah memaksa ku untuk kembali
bersikap lemah di hadapannya.
“Mulut mu berkata untuk menghentikannya, tapi apakah hati mu
berkata hal yang sama ? Jujur, kadang aku juga merasa ragu akan keyakinan ku.
kadang aku juga berfikir jika kau pasti melakukan apa yang ibu mu lakukan. Tapi
ketika melihat mata mu lagi, seketika keraguan itu hilang. Yang aku lihat
hanyalah seorang Kim hye rhy yang polos. Seorang Kim hye rhy yang selalu
mencoba kuat dalam menghadapi semua keadaannya.” Perlahan tangan hangatnya
mulai mengusap air mata ku. Menarik bahu ku supaya lebih dekat dengannya.
“Kau juga pantas untuk mendapatkan cinta tulus dari
seseorang. Semua orang pantas mendapat kannya. Tak terkecuali diri mu. Jadi
tolong, berhentilah untuk menolak ku. berhentilah untuk mengatakan tidak kepada
ku. Kau tau betapa sakitnya ketika kau terus mengatakan tidak kepada ku ?”
“Kau hanya merasakan sakit ketika aku mengatakan tidak pada
mu. Tapi apakah kau pernah berfikir tentang sakit yang aku rasakan ? Aku
berusaha keras untuk menahan diri ku, supaya tak mencintai mu terlalu dalam.
Bahkan kata tidak yang selalu aku katakan pada mu harus kukatakan dengan susah
payah. Kau tau betapa takutnya aku saat kau mengatakan kau mencintai ku ? Aku
takut jika kau akan merasakan rasa sakit yang sama seperti ku. Perkataan
orang-orang itu, aku takut jika mereka akan menyakiti mu juga. Itu sebabnya aku
berusaha keras untuk menolak mu. Aku berusaha keras untuk membungkam mulut ku
dengan kedua tangan ku, supaya kata-kata ‘Aku juga mencintaimu’ tak keluar dari
mulut ku.” Sejenak aku terdiam, berusaha untuk mengontrol diri ku supaya emosi
ku tak seluruhnya keluar.
“Tapi percuma saja. Sekuat apapun aku menahannya. Sekuat
apapun aku membungkam mulut ku, kata-kata itu akan tetap keluar….”
“Aku juga mencintai mu, Hae~ah. “ Aku menyerah. Melihat ketulusannya, melihat
wajahnya yang begitu bersungguh-sungguh membuat seluruh ketakutan ku menghilang.
Dan aku rasa, akulah yang akan lebih menyakitinya, jika aku terus mengatakan
tidak padanya.
“Apakah aku bermimpi ? Apakah yang kau katakan tadi benar ?”
Aku hanya
mengangguk menanggapi pertanyaannya. Dan melihat senyuman lebar di wajahnya,
membuat ku tak bisa menutupi rasa bahagia ku. Seulas senyuman lebar terkembang
di bibir ku. Dan kini, dia memeluk ku dengan erat. Bahkan sangat erat, seolah
dia tak mau kehilangan aku lagi.
Perlahan dia mulai
melepaskan pelukannya. Dan berganti menatap mata ku dengan lembut.
“Maafkan aku karna telah memaksa mu. Maafkan aku karna telah
membiarkan mu menahan rasa sakit itu sendirian. Dan sekarang, jangan pernah
takut apapun ketika aku berada di dekat mu. Kau hanya perlu menggenggam tagan
ku, dan kita akan menghadapi semuanya bersama-bersama.”
Dia mulai
memeluku lagi. Menyandarkan kepala ku di dadanya. Ku pejamkan mata ku, mencoba
untuk menikmati setiap momen ini. Aku mengambil nafas panjang, menghirup
sebanyak-banyaknya aroma tubuhnya yang begitu memabukkan. Aroma tubuhnya yang
mungkin telah terdeteksi sebagai morfin oleh indra peciuman ku. Dan dia
selayaknya anti-depresan bagi ku. Karena setiap kali aku menatapnya, dia selalu
berhasil membuat ku sejenak melupakan setiap kesedihan dan ketakutan yang ku
rasakan.
~END~
Big thanks untuk setiap readers yang mau membuang waktunya
untuk membaca FF tidak jelas ini. Kritik dan saran yang membangun sangat di
butuhkan oleh author untuk membuat FF selanjutnya yang lebih baik. So, please
be kind to RCL guys :)
#Gomawo #BOW